Banyak Ajaran sufi yang diriwayatkan berasal dari Rabiah al-Adawiyyah,
yang seterusnya menjadi perbincangan para sufi setelahnya. Rabiah
al-Adawiyyah berkata pula : ” Amalan yang timbul dari diriku tidak
berarti bagiku”. Dalam al-Bayan wa al-Tabyin, suatu ketika
ditanya Rabiah al-Adawiyyah : ” Apakah suatu amal yang kau lakukan itu
dipandang diterima?” Jawabnya: “Seandainya amal itu ada artinya justru
aku takut itu dikembalikan padaku. Mengenai riya, Rabiah al-Adawiyyah
berkata: “Sembunyikan kebaikan-kebaikanmu, sebagaimana kau sembunyikan
keburukan-keburukanmu.”
Ibn Abi al-Hadid dalam
Syarkh Nahj al-Balaghah meriwayatkan bahwa Rabiah berkata: “Jika
seseorang memberi saran karena Allah, maka Allah akan menyingkapkan
untuknya keburukan-keburukan amalnya, sehingga membuatnya tersibukkan
daripada mengingat keburukan makhluk -makhluk-Nya.”
Dalam Risalah al-Qusyairiyyah, Rabiah al-Adawiyyah berdo’a:
” Tuhanku,
akan terbakarkah oleh api neraka kalbu yang mencintai-Mu?” Tiba-tiba
dia mendengar suara: “Kami tidak sama sekali melakukan itu. Janganlah
kau buruk sangka kepada Kami.”
Menurut Rabiah al-Adawiyyah ,
kepatuhannya kepada Allah bukanlah tujuannya, sebab dia tidak
mengharapkan nikmat surga dan tidak takut azab neraka, tetapi dia
mematuhi-Nya karena cinta kepada-Nya. Seperti ungkapannya berikut:
Dalam batin kepada-Nya kau durhaka, tapi
Dalam lahir kaunyatakan cinta suci
Sungguh, aneh sangat gejala ini
Andaikan cintamu memang tulus dan sejatiYang Dia perintahkan tentu kau taati
Sebab, pecinta pada Yang Dicintai patuh dan bakti.
Ketika Sufyan al-Tsauri
bertanya kepada Rabiah al-Adawiyyah : ” Setiap keyakinan mempunyai
syarat, dan setiap kenyakinan mempunyai realitas. Bagaimanakah realitas
keimananmu? Rabiah menjawab. Aku tidak menyembahnya karena takut
neraka-Nya, dan bukan karena cinta surga-Nya, sepertinya aku ini hanya
pekerja kasar yang bekerja karena upah saja. Tapi aku menyembahnya
karena aku cinta kepada-Nya.
Doa Munajat Rabiah al-Adawiyyah :
” Tuhanku, sekiranya aku beribadah
kepada-Mu karena takut neraka-Mu, biarlah diriku terbakar api
jahanam-Mu. Dan sekiranya aku beribadah kepada-Mu, karena mengharap
surga-Mu, jauhkanlah aku darinya. Tapi sekiranya aku beribadah kepada-Mu
hanya semata cinta kepada-Mu, Tuhanku, janganlah Kauhalangi aku melihat
keindahan-Mu yang Abadi.”
Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu,
Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku,
Dengan temanku tubuhku berbincang selalu,
Dalam kalbu terpancang selalu Kekasih cintaku,
dalam puisinya yang lain diungkapkan juga:
Aku cinta Kau dua model cinta,
Cinta rindu, dan cinta karena Kau layak dicinta,
Adapun cinta rindu,
karena hanya Kau kukenang selalu bukan selain-Mu,
Adapun cinta karena Kau layak dicinta, karena Kau singkapkan tirai sampai Kau nyata bagiku.
Bagiku cinta ini-itu tidak ada puji. Namun bagi-Mu Sendiri sekalian puji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar